Kuhabiskan
waktuku bersama pikiranku sendiri, selama ini. Sejak jelas bagiku, aku
adalah satu diri. Kalian mungkin menyebutnya fantasi, tapi bagiku itu
disebut berpikir. Menatapi dari teras rumah panggungku kawan-kawan
sejawatku menikmati kegembiraannya, meski hanya sekedar berlari.
Aku
tak punya waktu untuk itu. Alih-alih bergembira, aku malah berbalik
berpikir dari mana daging dan kulit mereka berasal. Mengapa tiba-tiba
tumbuh begitu saja. Berpikir sedalam-dalamnya hingga berhenti di sebuah
sandaran kesadaran bahwa kehidupan ini tak berbatas, tidak berbatas di
masa depan, tidak pula di masa lalu.
Sadarkah kita bahwa setiap
manusia adalah kanibal? Jenazah orang tua kita yang dikubur di
pemakaman, bagian-bagian tubuhnya dimakan hewan tanah, menjadi vitamin
bagi tumbuhan yang kemudian kita makan dan menjadi daging yang kita bawa
untuk mati pula. Mungkin benar teori atom itu, atau apalah namanya,
jumlah atom di semesta ini tak pernah bertambah. Hanya berpindah,
berubah wujud, ber-reinkarnasi. Itu artinya, hanya ada satu kehidupan
yang kita jalani bersama. Satu alam, satu manusia, dan satu nyawa.
Kehidupan
ini tak punya pangkal. Ketika Tuhan mengucapkan "terciptalah!!", dan
kehidupan inipun tercipta. Satu kehidupan, bersama sistemnya tanpa
kedipan mata atau kilasan pikiran. Satu nyawa, yang dengan itu kita
hidup dari manusia pertama dan saling menghidupkan antara satu dan
lainnya. Lalu, mengapa masih ada saja yang mengira batu adalah makhluk
tak hidup? Hanya karena kerasnya, batu dan besi kita kira bukan makhluk
hidup. Sementara mereka bergerak, berpindah, berubah wujud,
ber-reinkarnasi menjadi hal-hal baru setiap saatnya.
Tak pelak, kita
yang punya jiwa ini sebenarnya hanya punya ego yang kita sebut hati.
Menganggap diri satu-satunya makhluk yang hidup. Hehe.. Kemana kita
setelah mati? Kehidupan ini mengambil kembali haknya, kita terurai oleh
para Pengurai. Disitulah kita berakhir.